Ada Apa Dengan Realita?

    

Halooo, kali ini mungkin aku akan cerita sedikit ya terkait realita sistem pendidikan di Indonesia, tentang bagaimana bisa seseorang masih ada yang tidak mengenyam pendidikan, tentang pengeksploitasan hak-hak anak, dan tentang sesuatu yang seharusnya tidak terjadi pada anak. Pengen aja gitu ngebahas masalah-masalah yang berhubungan dengan realita di Indonesia.

Mari kita simak sedikit mengenai uneg-uneg saya.

    Sobat @adi.ajaa pasti pernah dong melihat anak kecil atau anak seumuran kita sedang berjualan dagangan keliling dijalan, menjadi pekerja buruh, atau bahkan menjadi pengamen dan pengemis yang dimana hal tersebut sangat-sangat tidak diharapkan atau tidak semestinya anak seusia tersebut untuk melakukan dan mengerjakan pekerjaan berat. Anak seusia tersebut harus mendapat perlakuan yang selayaknya didapatkan seperti anak-anak sebayanya dimana dia mendapatkan kasih sayang orang tua, mendapat haknya untuk bersekolah, bermain bersama teman-temannya, bukan untuk menjadi pekerja dan mencari uang. 

    Realitas yang terjadi memang tidak selalu sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. Terkadang kita banyak berharap namun selalu saja ada yang menjadi penghalang dari harapan tersebut. Seperti halnya realita pendidikan di Indonesia, dimana ada sesuatu yang aku ingat ketika orang-orang diluar sana bilang jika "Yang punya duit bakal memiliki segala-galanya". Memang hal tersebut jika dikaitkan dalam realita masyarakat dikatakan benar ada benarnya juga dan dikatakan salah tidak selalu salah. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu adanya faktor ekonomi dimana ketika seseorang tidak memiliki biaya yang cukup untuk sekolah maka ia pasti akan memilih tidak bersekolah dan memilih untuk bekerja mencari uang saja demi kehidupan sehari-hari. 

    Dalam diri seseorang tersebut pasti berpikir bahwa "untuk apa aku bersekolah jika untuk makan sehari-hari pun susah". Stigma atau pandangan tersebutlah yang patutnya dihilangkan dalam pola pikir anak. Ya memang tidak dapat disalahkan juga mengenai keadaan yang terjadi, banyak orang tua dari anak yang masih dikatakan kecil tersebut juga berlatar belakang tidak memiliki pendidikan yang tinggi untuk sebuah pekerjaan yang mumpuni (hanya sebatas tamatan SD atau SMP) sehingga dengan secara terpaksa si anak harus bekerja untuk membantu kedua orang tuanya demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

    Faktor lain (Eksternal) adalah karena lingkungan yang harus memaksakan si anak untuk melatih hidup, tentang bagaimana cara seorang anak dididik untuk bertahan hidup dengan dunia yang keras ini oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti orang pengesploitasi hak-hak anak yang semestinya hal tersebut tidak diterapkan kepada anak. Terkadang dari kejadian yang sering dilihat dijalanan adalah orang-orang tidak bertanggungjawab itu hanya sebagai bos dari anak-anak, dimana dia hanya menunggu bayaran dari kerja keras anak-anak yang dominan tidak mempunyai orang tua karena meninggal atau terkena bencana alam. Yang kemudian orang sebagai bos itu nantinya memberi upah yang TIDAK SESUAI dengan apa yang anak kerjakan (semisal si anak hanya mendapat 1/2 dari seluruh rupiah yang ia dapatkan dijalanan atau bahkan 1/4).

    Disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan. Pemerintah diwajibkan untuk mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional bagi seluruh warga negara Indonesia. Sistem pendidikan nasional dimaksud harus mampu menjamin pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan, terutama bagi anak-anak, generasi penerus keberlangsungan dan kejayaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

    Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, utamanya mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana minimal berupa gedung sekolah yang layak, hingga sampai pada ketersediaan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya. Selain ketersediaan sarana dan prasarana fisik dan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya yang masih terbatas dan belum menjangkau seluruh wilayah NKRI, kurikulum pendidikan dasar pun menjadi permasalahan. Seperti halnya beban kurikulum yang berat menyebabkan anak-anak kehilangan kreativitasnya karena hanya dibebani dengan mata pelajaran yang terkonsep dan berpola baku secara permanen. Artinya, apa yang di dapat di sekolah, itulah yang ada pada dirinya, tanpa kecuali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERSIHAN DAN KELESTARIAN SEBAGIAN DARI IMAN, TETAPI DIMANAKAH REALITANYA?

KETERKAITAN DAN KERELEVANSIAN ANTARA AGAMA DAN SAINS

ANALISIS YURIDIS : TAX MORALITY SELAKU PENUNJANG KEBERHASILAN PEMUNGUTAN PAJAK